Langsung ke konten utama

Teruntuk Hati dan Isi Kepala

Keraguan itu muncul menjelang semua hal kembali berputar dikepala. Mengangguk dan menggelengkan kepala adalah simbol aku lelah dengan apa yang ada disekitar. Kepalaku hampir kesakitan ketika kupaksa membuat folder lama dan baru sesuai urutannya. Dia berkata tak bisa , karena terlalu banya file yang tidak bisa dibersihkan dan diatur dengan seksama. 

Ada perasaan yang ingin dihentikan seketika beberapa menit lalu. Aku ingin mengikhlaskan saja semua hal yang tak ingin kurengkuh secara erat. Menghentikan sesuatu yang pada awalnya telah membuatmu bahagia memang susah. Saat tatap tak lagi menjadi kepunyaan begitu juga hak milik, untuk apa kau perjuangkan. 

Aku mendekatkan hatiku kepada semua hal yang ada disekitarku. Sudah waktunya ingatan dilepaskan kembali ketempatnya semula. Aku hanya mencinta dengan sadar tanpa harus terburu-buru terbebani. Aku seharusnya sadar kepunyaan bukanlah hak milik. Waktu bukanlah kepemilikan yang bisa kau minta kapan saja. Kaca semakin besar ketika aku memandang diri. Apa arti aku atas keberadaanku ?. Diam saja memang bukan kebiasaanku, tapi aku ingin melakukannya.

Kepada hati yang setiap hari bergejolak karena ingin semuanya kembali seperti semula. Kali ini aku ingin kau istirahat sebentar. Jangan memaksakan keadaanmu, aku tak ingin kau tergores. Aku ingin menjauhkanmu dari rasa luka, menyesal dan sakit. Janjiku untukmu, kau akan baik-baik saja. 

Teruntuk hati dan isi kepala.
Aku akan menjaga kalian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Bukan Aku Yang Memulai atau Berharap Mengakhiri

Aku kira lautan yang dalam itu adalah perihal tentang sebuah rasa yang dalam pula Setiap lagu cinta mengutarakan besarnya sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tak akan sia-sia Lalu apa yang terjadi dengan hilangnya kabar dan tak terbalasnya pesan Bila pada awalnya rasa itu disuguhkan untuk dibalas dan diterima Atau aku yang tidak paham apa itu kata menunggu ? Aku melihat senja seperti pelupuk mata yang teduh tentang kamu yang tenang disana untukku Ucapan manis bahkan sekedar gurauan tak bertopik darimu bisa membuat senyum palsuku keluar Apa yang terjadi dengan untaian kata manis yang kau bilang akan bertahan selamanya Mungkin saat itu aku lupa waktu adalah penipu ulung tentang semua kata yang terucap Atau aku yang tidak mengerti apa itu kata lelah ? Bukan aku.. Aku tak pernah mengakhiri ragu Aku tak pernah memberi harap palsu Aku tak pernah mengulur kesempatan Bukan, ya itu bukan aku.. Kau lah yang datang tanpa persetujuan dari hati yang kau