Sekarang aku tahu, jejakku tak lagi menjadi arah tujuanmu untuk datang dan membawaku pulang. Dendam dan sakit hati yang mungkin sempat kuukirkan dihatimu menjadi benalu yang telah kamu racun hingga mati. Bagimu aku adalah halaman dari buku lama yang sudah tak ingin kamu baca ulang dan bahkan kamu buang. Seketika aku menyadarinya, aku menuggu lahan gersang yang tidak akan mungkin lagi bisa ditumbuhi tanaman. Logikaku mulai mengalahkan isi hati, benar aku menunggu hati yang telah lama meninggalkanku.
Bagaimana bisa aku begitu percaya diri ketika tulisan dan ungkapan rindumu tertuju pada seseorang adalah untukku. Bodoh nya aku. Hatiku dengan penuh percaya diri berkata rindu itu adalah milikku. Sebuah komentar manis dari teman-temanmu cukup merobek gelak senyumku ditemani sakit didada kiriku. Seorang gadis teman belajarmu, kamu menyukainya. Begitu aku menyimpulkannya, kamu merindukannya, bukan aku. Sepertinya percaya diri ini terlalu berlebihan.
Seharusnya aku sadar pada tanda-tanda alam. Ketika aku sudah tidak menemukan senyummu saat melihatku, kamu mengabaikanku. Saat kita tak sengaja duduk berdua kamu terlalu sibuk dengan dirimu, kamu mengabaikanku. Ketika waktunya makan siang atau pun makan malam dengan senyum lebar aku mengajakmu kamu memilih melanjutkan aktifitasmu, kamu mengabaikanku. Saat pesan dariku tak ada balasan yang ku terima ,kamu mengabaikanku. Ketika banyak diam yang tercipta diantara pertemuan-pertemuanku denganmu membuatku sadar ,aku diabaikan.
Aku terlambat sadar atau aku yang berpura-pura bodoh. Aku menertawai diriku sendiri saat ini, begitu aku mengingat tulusnya sikapku saat itu aku mulai menyadarinya. Ya, aku menyukainya. Ya, aku yang bodoh. Dia ,gadis itu tanpa dia mengenalku hebat sekali rasanya dia mampu membantumu mematahkan rasa sukaku. Aku tahu senyummu mungkin akan mengembang serta gelak tawamu muncul bila kamu bertemu dengannya, bukan aku. Kata rindumu akan terjawab bila pesan yang masuk adalah darinya.
Aku sekarang menyadarinya. Tidak perlu menunggu purnama lagi karena sudah jelas matahari masih bersinar esok hari. Kesalahanku karena aku masih berpikir kamu menungguku. Katamu tidak akan menyerah untukku, iya itu dulu. Cintamu yang dulu katamu besar untukku hanya rasa suka yang secepat kilat hilang karena penggantiku jauh lebih nyaman dihatimu. Sebelum kamu menemukan dia yang hari ini kamu rindu. Aku memang terlambat mengatakan bahwa rinduku lekat dan rasaku pekat untukmu tahun lalu dihari ini. Aku seseungguhnya padamu hari ini di tahun lalu. Ya, aku terlambat.
Komentar
Posting Komentar