Langsung ke konten utama

Ternyata Begini Rasanya , Caroot

Ternyata begini rasanya...

Semua orang merasakan ini mungkin, setelah patah dan setelah terluka. Aku rasanya tidak banyak yang berubah hanya saja perasaanku. Ada campur aduk dibalik semua keputusan yang telah aku dan pikiranku putuskan. Perasaanku rasanya lega dan tanpa beban. Aku dengan diriku hari ini, sadarku ternyata begini rasanya.

Ternyata begini rasanya...

Saat bangun pagimu tidak lagi mengkhawatirkan banyak hal, bebanmu, cintamu dan isi kepalamu. Aku bangun dengan senyuman berkata ke diriku, aku bangga padamu. Keputusanmu adalah semua dari pertanyaan-pertanyaan yang sampai sakitpun kepalamu tidak bisa kamu jawab. Aku menarik nafasku lapang, baiklah ini adalah waktuku, hariku dengan diriku saja.

Ternyata begini rasanya...

Ketika membuka handphone tidak ada lagi yang perlu ku cari pertama kali. Tidak perlu lagi mencari-cari notifikasi dari pesan yang mungkin selalu ku harapkan. Rasanya tidak ada lagi yang perlu dicemaskan, karena aku tahu saat ini hanya diriku. Semua lini masa yang aku tahu tidak lagi menjadi hal yang harus diistimewakan, kecuali hanya untuk diriku.

Ternyata begini rasanya..

Aku melawan beribu ketakutan dan kekhawatiran tentang hal-hal yang ingin kulakukan. Aku hari ini bisa melakukan semauku, sesukaku dan tanpa perlu mempertimbangkan tanggapan orang lain. aku baru merasakan bagaimana menjadi aku tanpa perlu dibayangi perasaan bersalah atau keinginan untuk bersembunyi dari apa yang ingin aku lakukan untuk diriku.

Ternyata begini rasanya...

Aku bersyukur, aku memberikan kesempatan untuk diriku mengenal aku. Aku yang mungkin beberapa tahun ini selalu egois dan lupa, bahwa ada aku yang harus aku bahagiakan sendiri bukan perasaan orang lain. Aku terlalu memendam perasaan khawatir, khawatir yang membuatku lupa bahwa aku perlu mengkhawatirkan diriku sendiri. Begini rasanya tidak perlu ikut campur, melepaskan semua perasaan bersalah ataupun perasaan tak enak hati. Aku ingin merasakan hal ini seterusnya.

Aku hanya lupa...
Bersyukur, berbenah, dan berpikir tentang diriku.
Aku ingin melepaskan...
Beban, beratnya pertanyaan, pahitnya menunggu.
Aku ingin diriku...

Menjadi aku yang ingin melakukan apapun sesuai keinginanku tanpa beban, tanpa kekhawatiran, tanpa perihal masa depan yang rumit, tanpa pertanyaan yang aku bahkan belum ingin mencari jawabannya. Aku ingin kakiku melangkah jauh, lebih jauh dan semakin jauh setiap hari. Aku ingin aku, menjelajahi duniaku untuk diriku bukan untuk membahagiakan orang lain. Aku ingin mensyukuri betapa indahnya hari-hari tanpa berpikir tentang kehilangan dan melepaskan berulang kali. Aku ingin bebas atas perihal baik atau jahatnya pandangan siapapun atasku, bukan urusanku. Aku , ya aku. 

Ternyata begini rasanya mengatakan pada diri sendiri.
Bersyukurlah, kamu belum terlambat dan lupa. 
Kamu punya aku, dirimu.
Dengan penuh cinta, pelukan pajama dan udara yang dingin.
Aku mencintai diriku.
Dek Caroot ❤️


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Lebaran Tahun Ini

Ini tahun ke empat bagiku untuk menghabiskan Ramadan dan lebaran tak pulang ke rumah. Apa aku benar masih anak dari ibu dan ayahku? Atau aku hanya berpura-pura tegar untuk menutupi semua sedihku, karena banyak hal yang membuatku tak bisa pulang. Kaum rantau yang masih terus mengejar dunia, aku. Sebentar saja jangan rapuh dan jangan menyerah dulu, berusahalah untuk tak meratapi walau sebenarnya sudah mulai terbebani. Bukan lebaran kali ini sayang, kita rencanakan lagi tahun berikutnya. Bukan tahun ini .

Hati Yang Sudah Tak Memanggil Namamu

Dentingan jam dinding malam ini serta dekapan udara musim dingin membuatku tiba-tiba teringat sosokmu. Sudah berapa lama selang aku memutuskan berhenti untuk melihat kemasa ada dirimu. Hempasan ranting pohon yang ditiup angin mengeluarkan melodi yang tak menyenangkan. Aku harap aku sudah tak diingat oleh ratusan orang yang mengenal namaku dan namamu.  Beberapa hari lalu didalam gerbong kereta dengan memperhatikan pepohonan disaat matahari terbenam aku menerima pesanmu memintaku kembali. Aku rasa hilang warasmu tak lagi ada rasa malumu atau sudah tak kau gubris akal sehatmu. Aku berbisik kehatiku, apa kamu bergetar? Tetapi tak ada jawaban. Hatiku tak bergeming meskipun itu kamu yang memanggil namaku. Dengan senyuman, Caroot yang sudah tak menginginkanmu 

Hai, Selamat Datang Uda di Kehidupan Uni

Aku menjadi saksi kisah cinta mereka, sahabatku. Mungkin tidak sempurna tapi biarkan aku mencoba menceritakan ulang. Dia adalah sahabat lamaku, dari sekolah menengah atas satu kelas dan juga suka membuat onar bersama. Sekarang sudah kepala dua masih sama senyum dan sifatnya tetaplah sahabatku. Terakhir kali bertemu dia menangis karena sang pujaan hati sudah memiliki sandaran kasih yang baru. Aku mencoba memberinya saran dan solusi juga seorang teman baru yang kini dia panggil Uda. Biarku coba menjadi dia agar cerita indah ini bisa nyaman kamu baca dan pahami perlahan. Aku sedang menangisi kekasih lamaku siang hari tanpa sebab hanya saja aku ingin menangis. Aku tidak mengerti kenapa air mataku tidak bisa berhenti mengalir terus saja membasahi pipi, teriakanku kedalam tak terdengar hanya air mata saja. Aku pun bercerita kepada sahabatku, memintanya mencarikanku teman baru agar luka hati yang tak ku mengerti ini bisa berlalu. Selang dua hari dia mengabariku, katanya dia me