Aku melihat deretan pujian dan pertanyaan muncul di social media. Aku memilah satu persatu serta memperhatikan apa ada seseorang yang menarik hatiku untuk bisa kubalas pesannya. Aku masih menduga-duga aku bisa menemukan pesanmu dari tumpukan pesan tersebut, ah tidak mungkin kata hatiku. Aku senantiasa tergelak dengan pikiranku sendiri, mungkin keras kepala dan niat dihatimu itu telah luluh. Aku tidak menemukanmu, kembali aku tertawa.
Aku kemudian dengan sengaja mencoba mengikutimu kembali disocial media tentu saja dengan nama yang berbeda. Aku hanya berpikir iseng saja, karena sudah lama rasanya sejak terakhir kali kamu memblokir social media milikku. Aku kembali tertawa pada diriku, pasti dia tidak akan menerima permintaan pertemananku. Ah benar saja, selang behari aku kembali memeriksa social media tersebut. Aku tertawa sambil bertepuk tangan, benar saja. Kamu menolak pertemanan yang ku minta. Aku tersenyum tetapi dengan perasaan lega.
Setelah bertahun aku sadar satu hal darimu, aku tidak mudah kamu hilangkan. Aku kembali menghela nafas betapa keras upayamu untuk melupakan seorang aku. Padahal aku cukup mengerti, mungkin memang tidak mudah karena bagimu aku sudah tidak lagi pantas menerima semua bentuk rasa dari masa lalu. Ada aku yang tidak benar-benar bisa kamu lupakan. Seandainya kamu telah lupa, bolehkah aku kembali menyapamu sekedar bercerita. Aku tidak akan membuka luka atau menagih janji yang bagi kita hanya masa lalu. Aku hanya ingin menjadi temanmu, atau bisa saja kamu tawari sebagai teman hidupmu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sekarang juga sedang sendiri menunggu imamku datang dan mengajakku menjemput jannah.
Aku senang sekali mengkhayalkan dan menulis ini rasanya sangat lega. Aku kira aku lupa caranya menulis kalimat-kalimat mengandung rayuan-rayuan serta keyakinan diri ini. Andai saja setiap hari perasaannya seperti ini. Aku mungkin bisa tersenyum dan tertawa atas diriku setiap hari.
Aku kemudian dengan sengaja mencoba mengikutimu kembali disocial media tentu saja dengan nama yang berbeda. Aku hanya berpikir iseng saja, karena sudah lama rasanya sejak terakhir kali kamu memblokir social media milikku. Aku kembali tertawa pada diriku, pasti dia tidak akan menerima permintaan pertemananku. Ah benar saja, selang behari aku kembali memeriksa social media tersebut. Aku tertawa sambil bertepuk tangan, benar saja. Kamu menolak pertemanan yang ku minta. Aku tersenyum tetapi dengan perasaan lega.
Setelah bertahun aku sadar satu hal darimu, aku tidak mudah kamu hilangkan. Aku kembali menghela nafas betapa keras upayamu untuk melupakan seorang aku. Padahal aku cukup mengerti, mungkin memang tidak mudah karena bagimu aku sudah tidak lagi pantas menerima semua bentuk rasa dari masa lalu. Ada aku yang tidak benar-benar bisa kamu lupakan. Seandainya kamu telah lupa, bolehkah aku kembali menyapamu sekedar bercerita. Aku tidak akan membuka luka atau menagih janji yang bagi kita hanya masa lalu. Aku hanya ingin menjadi temanmu, atau bisa saja kamu tawari sebagai teman hidupmu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sekarang juga sedang sendiri menunggu imamku datang dan mengajakku menjemput jannah.
Aku senang sekali mengkhayalkan dan menulis ini rasanya sangat lega. Aku kira aku lupa caranya menulis kalimat-kalimat mengandung rayuan-rayuan serta keyakinan diri ini. Andai saja setiap hari perasaannya seperti ini. Aku mungkin bisa tersenyum dan tertawa atas diriku setiap hari.
Pelan-pelan saja melupakanya, jangan tergesa-gesa.Aku doakan hidup selalu menuntunmu pada hal yang kamu suka. Semogaku padamu.
Selalu temanku kakandaku :)
Komentar
Posting Komentar